Antara Kasur dan Kubur

 

Hampir tiap pagi dua roda berputar teratur membawa saya menjemput segenggam berlian keberkahan. Pagi ini abang ojek saya arahkan melewati Casablanca. Saya terbiasa memberi gambaran kasar jalan yang akan dilalui, kemudian saya biarkan sang pengemudi menerjemahkannya ke dalam belokan kiri dan kanan sesuai seleranya.

 

Saya memberi ruang yang sama untuk saya dan dia dalam menentukan jalan yang akan kami lalui. Mungkin sebagian orang tidak pernah memikirkan hal ini, memilih jalan saja harus sama porsinya. Ada ketenangan yang saya dapatkan dengan cara ini, ketika kedua pihak memiliki andil yang setara untuk mencapai satu tujuan yang sama. Ya, Anda boleh heran atau geleng-geleng kepala, tolong diterima dengan lapang dada ya kelakukan ajaib saya ini.

 

Dalam jalur Casablanca, banyak pilihan jalan yang dapat kami lalui. Kali ini jalan pintas yang dipilih, sebuah jalan yang membuat hati saya selalu berkecambuk ketika melaluinya. Ada ragu dan gelisah dalam setiap putaran rodanya. Saya menghela napas panjang, jalan ini sebenarnya tak pantas untuk dilewati kendaraan bermotor, namun setiap pagi dan malam ternyata tak pernah ada hentinya. Tempat Pemakaman Umum.

 

Pikiran saya berlompatan dari satu batu nisan ke batu yang lain. Suatu hari nanti ada nama Ginar Santika Niwanputri tertulis di sebuah batu atau mungkin kayu. Tubuh ini akan terbaring tak berdaya di bawahnya, mengubah jati dirinya menjadi sebuah jasad. Dan kemanakah perginya jiwa yang melekat sebelumnya? Menunggu penghitungan nilai atas apa yang telah dilakukan oleh setiap sel di dalam tubuhnya.

 

Saat batu nisan itu dipasang, sebagai apakah saya akan dikenang?

 

Ah sesungguhnya itu hanyalah sebuah hijrah yang sederhana. Kita lahir di atas kasur, kemudian kita mati di tanah kubur. Perpindahan tempat istirahat dari sementara menuju tak lekang masa. Perubahan dari dunia fana ke alam baka.

 

Bagaimana sebenarnya tugas di dunia tak perlu berlama-lama. Hanya sekejap saja seperti waktu yang tersisa antara kumandang adzan (di telinga) dan didirikannya shalat (untuk jasad kita).

 

Antara Adzan dan Shalat

 

Sungguh sebenarnya hidup itu sangat sederhana, cukup memberi makna dalam setiap jeda.

Sebuah refleksi dalam usia yang digenapkan
Sebentuk curahan syukur untuk jantung yang didetakkan
Secarik catatan atas semua pelajaran hidup yang dianugerahkan

 

Jakarta, (19+1) November 2015
~Inay

Takut dan Lupa : Sebuah Kausal

Saya menulis ini di dalam sebuah taksi burung biru. Perjalanan dari satu gedung ke gedung lain yang semakin biasa saya jalani dari hari ke hari. Bapak driver bilang belum ada informasi kenaikan tarif, sejauh ini biaya BBM masih disubsidi oleh perusahaan. Kalau tidak disubsidi, mungkin uang hanya habis untuk beli bensin, pulang ke rumah dengan tangan kosong. Manusia memang tak lepas dari rasa takut. Takut jika BBM naik kemudian penghasilan yang didapat tak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun manusia juga tak lepas dari sifat lupa. Iya, manusia lupa bahwa rezeki ditentukan oleh Allah, bukan oleh pemerintah yang menaikkan harga BBM.

Visa ke Surga
Visa ke Surga

Di pinggir jalan saya tertarik melihat baligo besar bergambar tangan memegang sebuah benda bertuliskan VISA. Judulnya Visa ke Surga. Menarik melihat bagaimana sebuah izin mendatangi surga masih perlu dibuatkan iklannya, sedangkan izin kunjungan ke negara lain begitu laris manis tanpa perlu polesan advertorial yang berarti. Jikalau benar ada visa ke surga, sesungguhnya proses pengajuan visa dilakukan sepanjang usia kita di dunia. Pada akhirnya proses pengajuan, tentunya hanya Allah, yang berhak memberikan approval visa tersebut. Saya tersenyum sendiri membayangkan analogi yang terbangun di tengah kemacetan Ibukota ini.

Ya ini lagi-lagi tentang 2 hal yang sangat lekat dengan manusia, takut dan lupa. Lupa dan takut ini sebenarnya 2 hal yang saling terkait dengan hubungan kausal sebab akibat. Manusia takut karena ia lupa, vice versa. Manusia sering lupa apa tujuannya ia diciptakan. Lupa bagaimana ia kemudian dihidupkan. Dan lupa detak jantungnya suatu waktu akan dihentikan.

Ah, sesungguhnya tulisan ini niscaya menjadi sebuah refleksi tahunan di hari ke 19 bulan ke 11. Usia yang tak lagi muda mulai saya jejaki, 27 tahun. Jadi apakah kematangan usia bisa menentukan kekuatan manusia dalam melawan takut dan lupa?

Sebait Doa

Ya Allah, bolehkah aku tetap meminta
Hal yang sama yang pernah ku kata
Tetap bantu aku menjaga

Hati yang tak sepantasnya berderu
Jantung yang tak seharusnya berdegup
Otak yang tak semestinya berpacu

Biarkan mulut ini hanya membisu
Izinkan mata ini menunduk malu
Tuntun kaki ini melangkah maju

Karena-Mu yang lebih mulia dari apapun yang ku tunggu

Barito Selatan, 18 Okt 2013

Inay

9 Dzulhijjah

Arafah menjadi saksinya
Seorang manusia berpulang kepadaNya

Sedih dan duka bukanlah mudah untuk dilewati
Izinkan bahagia hadir menemani
Karena sang terkasih kembali di rumah Ilahi Rabbi

Tak terbayang tenang dan indahnya ketika khusnul khatimah
Dipanggil di tanah suci saat menggenapi rukun Islam

Sekali lagi.
Abadi adalah milikNya dan kembali adalah fitrah makhlukNya.

Sementara, sebagaimana waktu kita di dunia, hanya sekedar berlalu namun menjadi penentu masa tak berwaktu.

Mohon doa dibukakan pintu rahmat bagi almarhum sepupu yg berpulang di Baitullah.

Almarhum A Itan, InsyaAllah khusnul khotimah.
Mbak Is, Leli, Upa InsyaAllah dikuatkan.
Wa Ubed, Teh Lita, A Iyan, A Agung, Teh Ati, InsyaAllah diberikan ketabahan.
Semua keluarga besar InsyaAllah mengucap doa yang sama.

Jamaah Haji Ini Meninggal Setelah Berucap `Amin` – http://bit.ly/19OdzJP

Mengingat Allah

Judul tulisan ini sederhana, Mengingat Allah.
Ingatkah ketika masa kanak-kanak dulu kita selalu diajarkan berdoa sejak bangun tidur sampai dengan tidur kembali di malam hari.
Tujuannya apa? Sederhana sekali, untuk mengingat Allah.
Ketika bangun tidur kita mengingat Allah, masuk kamar mandi, sebelum dan sesudah makan, mengingat Allah.
Kemudian ketika bercermin dan berganti pakaian, kita diajarkan untuk mengingat Allah.
Ketìka masih polos dulu, bahkan saya sempat sangat terpukau menemukan doa untuk hubungan suami istri.
Indah ya, jika semua doa bisa terucap dalam setiap jejak.

Dalam Al-Quran disebutkan pula bahwa salah satu tanda orang yang berakal adalah mengingat Allah dalam berdiri, duduk ataupun terbaring.

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّار

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”

(Q.S. Ali-‘Imran : 190-191)

Ternyata hal yang sederhana itu adalah sesuatu yang memiliki posisi tertinggi.
Mengingat Allah, atau disebut Dzikrullah, merupakan sebuah kunci menuju cahaya Ilahi.

Rasullullah bersabda,
“Maukah kalian saya beritakan sesuatu yang lebih baik dari amal-amal kalian, lebih suci di hadapan penguasa kalian, lebih luhur di dalam derajat kalian, lebih bagus bagi kalian daripada menafkahkan emas dan perak, dan lebih bagus dari pada bertemu musuh kalian (berperang) kemudian kalian menebas leher-leher mereka atau merekapun menebas leher-leher kalian?”
Mereka berkata, “Baik ya Rasulullah.”
Beliau bersabda, “Dzikrullah”, atau ingat kepada Allah.
(Dikeluarkan oleh At-Thirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad dan Malik)

Subhanallah, Masya Allah, bagaimana dzikrullah menempati tempat tertinggi, karena menjadi jiwa atau rohnya seluruh ibadah.

Kemudian dalam sabdanya yang lain, Rasulullah pernah berkata

“Akan datang pada suatu masa, orang yang mengerjakan shalat tetapi mereka belum merasakan shalat.”
(HR. Ahmad)

Ya Allah, semoga saya, keluarga, dan sahabat dijauhkan dari golongan tersebut. Amin.

Bukankah Allah memang menyukai sesuatu yang sederhana dan konsisten?
Jadi mari belajar menghadirkan Allah dalam setiap tarikan nafas yang Ia berikan.
🙂

Nb. Tulisan ini merupakan rangkuman dari beberapa halaman dalam buku Pak Abu Sangkan, Berguru Kepada Allah.
Dipinjamkan oleh seorang sahabat sekitar 6 bulan yang lalu. Maaf baru bisa dibaca setengahnya saja, pelan-pelan tapi pasti, berguru kepada Allah takkan pernah berhenti. Terima kasih loh. 😉

Tuhan, Ini Sudah Jumat

Tuhan, ini sudah Jumat.
Jika tahun punya Idul Fitri, maka minggu punya Jumat.

Tuhan, ini sudah Jumat.
Barakah yang tak terhingga Kau limpahkan kepada kami dalam minggu ini.

Tuhan, ini sudah Jumat.
Hari indah ini tak ingin ku usik dengan air mata yang tak bernada.

Tuhan, ini sudah Jumat.
Apa lagi yang pantas aku minta, bukankah sudah banyak yang Kau beri. Maaf atas ingin yang tak pernah berhenti.

Tuhan, ini sudah Jumat.
Aku selalu percaya ada yang selalu menjaga aku di sini, ada pula yang menjaga mereka yang terkasih di sana, dan hanya Engkaulah yang mampu melakukan keduanya sekaligus.

Tuhan, ini sudah Jumat.
Bantu aku menjaga senyum ini sebagai anugerah-Mu, bantu aku mengelola hati ini sebagai milik-Mu, bantu aku menikmati rasa ini sebagai tanda kebesaran-Mu.

Tuhan, ini sudah Jumat.
Peluk aku dalam rindu-Mu, dekap aku dalam kasih-Mu, cium aku dalam cinta-Mu.

Terima kasih Tuhan, ini sudah Jumat.

Menjemput Dalam Taat

Ya Allah, berkahilah aku dalam ikhtiar untuk menjemput jodoh yang tertakdir untukku. Cukupkan kami bahwa hanya Engkau yang menjadi penjawab segala tanya dan penenang hatiku. Aku meyakini bahwa cinta itu datangnya dari-Mu, Allah. Dan akan Engkau hadirkan cinta itu untuk seseorang yang namanya sudah Engkau tulis di Lauhul Mahfuzh.

Ya Allah, jikalau dia yang sedang ada di hatiku sekarang ini memanglah bukan yang Engkau takdirkan untukku, maka musnahkan dan buang perasaan itu, agak tak semakin mengotori hati dan pikiranku, terutama agar tak membuat-Mu murka karenanya. Namun, jikalau dia memang yang Engkau takdirkan untukku, berikanlah kesabaran dan kekuatan dalam menghimpun keterserakan antar kami berdua. Berilah keyakinan, kesetiaan, lalu keberanian pada hati kami berdua.

Ya Allah, jikalau suatu saat aku bertemu dengan yang Engkau takdirkan untukku, yakinkan aku dengan membuat hatiku tidak tertarik kepada pria/wanita mana pun dan tidak goyah karena alasan apa pun.

Ya Allah, yakinkan hatiku dengan kesiapan, kerelaan, dan keberanian untuk saling membuka, menerima, dan menutup aib pada diri kami berdua. Yakinkan hatiku dengan membuat aku untuk tidak mencari-cari celah kekurangannya, seperti yang selama ini aku lakukan atas dasar penjagaan sesuai apa yang memang seharusnya.

Ya Allah, yakinkan hatiku, yakinkan hatiku, yakinkan hatiku dengan keyakinan atas-Mu yang lebih dari segalanya, agar tak mendahului apa yang telah Engkau tata, agar tak membuat-Mu murka atau Rasul-Mu menitikkan air mata, atas apa yang tidak seharusnya.

Aku tak mau meminta segera, karena itu berarti aku telah memaksa Engkau untuk merombak yang sudah digariskan ketetapan-Nya. Aku juga tak mau berdoa secepatnya, karena siapa tahu saja aku telah mengatasnamakan niatan suci padahal menyampingkannya karena nafsu belaka. Aku tak mau meminta segera atau secepatnya, karena itu tergesa-gesa dan seolah memaksa. Aku hanya meminta kepada-Mu untuk memberikan kesiapan dan kerelaan menerima, atas apa yang Kau gariskan untukku, agar aku senantiasa mensyukurinya.

Ya Allah, tunjukilah aku jalan menuju takdir terbaik-Mu. Sabarkan aku dalam penantian yang terus merindu ini.

Amin Yaa Rabbal’alamin.

(Sebuah doa dalam Jodoh Dunia Akhirat, oleh Ikhsanun Kamil & Foezi Citra Cuaca)

Tidak ada yang bisa mengubah qadha Allah kecuali doa. (HR. Tirmidzi)

Doa Khatam Quran

“Ya Allah, hamba memohon kepada-Mu permintaan terbaik, doa terbaik, kesuksesan terbaik, ilmu terbaik, amal terbaik, pahala
terbaik, kehidupan terbaik, kematian terbaik.
Kuatkanlah hamba, beratkanlah timbangan kebajikan hamba, realisasikan keimanan hamba, tinggikan derajat hamba, terimalah shalat hamba, ampuni dosa-dosa hamba, dan hamba memohon surga tertinggi.”
~ Kutipan Doa Khatam Quran

Yuk dibuka lagi Quran-nya, dibaca dan diresapi doa di penghujungnya secara utuh. Subhanallah indahnya.

Selamat beristirahat ya!
🙂

Ini dia versi lengkapnya.

Continue reading “Doa Khatam Quran”

Antara Dua Purnama

Sebetulnya apakah saya saja, atau hampir setiap orang bahagia ketika mendongak ke langit kemudian bertemu purnama.
Sudah purnama lagi, artinya memasuki pertengahan bulan dalam penanggalan Hijriyah. Ingatkah akan purnama terakhir yang kamu lihat sebelumnya?
Purnama di bulan suci, purnama di bulan berkah, purnama di bulan pengampunan. 

Lalu apa saja yang telah kamu perbuat di antara dua purnama?

”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian.”
(Q.S. Al-Ashr 1-2)

Sebuah Sudut Kantor, 16 Syawal 1434 H

~Inay

Sebuah Definisi

Ah, manusia memang tak pernah berhenti menilai manusia lainnya. Tanpa lelah mereka menilai berdasarkan apa yang mereka lihat, dengar, dan rasakan.
Terkadang manusia juga hidup dengan stereotype, sebuah penilaian yang tak pernah lepas dari suku, golongan, ras, dan segudang klasifikasi lainnya.
Belajar melepaskan semuanya ternyata tak mudah, suara di kanan kiri nyaring terdengar. Saatnya belajar mendengarkan tanpa menelan semuanya bulat-bulat untuk kemudian disarikan kembali dengan filter yang kita percaya.

Pernah dengar istilah sekufu? Ya sekufu seringkali terdengar berdekatan dengan urusan jodoh.
Saya pernah baca satu buku yang membahas sebuah pertanyaan menarik tentang sekufu.

“Jika memang jodoh itu sekufu dan jika definisi sekufu itu setara dalam hal ketaqwaan kepada Allah, mengapa saya mendapati pasangan yang tidak seperti itu?”

Jawabannya kira-kira seperti ini.
“Bukankah sekufu itu dinilai oleh mata Ilahi, kita tidak bisa menilainya dengan mata kita sendiri, mata manusia biasa, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.”

Di sela diskusi panjang yang tak ada habisnya soal jodoh, seorang teman pernah berkata

“Manusia boleh berdefinisi, namun bukankah definisi Allah-lah yang terbaik?”

Ya, selamat berdefinisi dan jangan lupa berkonsultasi! Dengan Dia Pemilik Segala Definisi.

Di Tengah Kemacetan Setiabudhi Bandung
2 Syawal 1434 H

~Inay