Di kala setiap benda memiliki tombol power yang menentukan hidup dan matinya, begitu pula setiap makhluk yang bernyawa akan merasakan keduanya.
Hidup dan mati. Satu atau nol.
Jika benda dapat sesuka hati dihidupkan dan dimatikan kembali selama masih ada energi yang mengalir, tidak demikian dengan nyawa. Hanya ada satu kali kesempatan di dunia, dimana kehidupan dimulai dari kelahiran untuk kemudian diakhiri dengan kematian.
Ah, sungguh memang benar kehidupan dunia ini hanyalah sesaat, selayaknya waktu antara adzan dan shalat. Dan dalam sekejap yang sungguh tak lama itu, apakah sudah kita gunakan dengan baik untuk mempersiapkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang sudah kita ketahui akan ditanyakan kemudian?
Ada kalanya, satu per satu atau berombongan, tombol power makhluk yang bernyawa sudah memasuki waktunya untuk ditekan. Iya, sesederhana hanya menunggu giliran untuk penjemputan. Maka cukuplah sabar menjadi pendamping di dunia. Dan pertemuan indah dengan Cinta yang sebenar-benarnya cinta, menanti para makhluk yang niscaya tak pernah berhenti untuk percaya.
“Tak kulihat yang seperti surga, dengan segala gambaran kenikmatannya, bagaimana masih bisa tidur pemburunya? Dan tak kulihat yang seperti neraka, dengan semua lukisan kengeriannya, bagaimana masih bisa tidur buronannya?” (Imam Asy Syafi’i)
Dalam hening senja Bandung,
6 Juli 2017
Inay
*Tulisan ini terinspirasi dari saya yang sekarang hobi mencet tombol power di remote TV karena ga tahan sama suara berisiknya. Gara-gara kelamaan ga punya TV jadi beginilah sekarang, lebih menyukai ketenangan. 😅