Antara Kasur dan Kubur

 

Hampir tiap pagi dua roda berputar teratur membawa saya menjemput segenggam berlian keberkahan. Pagi ini abang ojek saya arahkan melewati Casablanca. Saya terbiasa memberi gambaran kasar jalan yang akan dilalui, kemudian saya biarkan sang pengemudi menerjemahkannya ke dalam belokan kiri dan kanan sesuai seleranya.

 

Saya memberi ruang yang sama untuk saya dan dia dalam menentukan jalan yang akan kami lalui. Mungkin sebagian orang tidak pernah memikirkan hal ini, memilih jalan saja harus sama porsinya. Ada ketenangan yang saya dapatkan dengan cara ini, ketika kedua pihak memiliki andil yang setara untuk mencapai satu tujuan yang sama. Ya, Anda boleh heran atau geleng-geleng kepala, tolong diterima dengan lapang dada ya kelakukan ajaib saya ini.

 

Dalam jalur Casablanca, banyak pilihan jalan yang dapat kami lalui. Kali ini jalan pintas yang dipilih, sebuah jalan yang membuat hati saya selalu berkecambuk ketika melaluinya. Ada ragu dan gelisah dalam setiap putaran rodanya. Saya menghela napas panjang, jalan ini sebenarnya tak pantas untuk dilewati kendaraan bermotor, namun setiap pagi dan malam ternyata tak pernah ada hentinya. Tempat Pemakaman Umum.

 

Pikiran saya berlompatan dari satu batu nisan ke batu yang lain. Suatu hari nanti ada nama Ginar Santika Niwanputri tertulis di sebuah batu atau mungkin kayu. Tubuh ini akan terbaring tak berdaya di bawahnya, mengubah jati dirinya menjadi sebuah jasad. Dan kemanakah perginya jiwa yang melekat sebelumnya? Menunggu penghitungan nilai atas apa yang telah dilakukan oleh setiap sel di dalam tubuhnya.

 

Saat batu nisan itu dipasang, sebagai apakah saya akan dikenang?

 

Ah sesungguhnya itu hanyalah sebuah hijrah yang sederhana. Kita lahir di atas kasur, kemudian kita mati di tanah kubur. Perpindahan tempat istirahat dari sementara menuju tak lekang masa. Perubahan dari dunia fana ke alam baka.

 

Bagaimana sebenarnya tugas di dunia tak perlu berlama-lama. Hanya sekejap saja seperti waktu yang tersisa antara kumandang adzan (di telinga) dan didirikannya shalat (untuk jasad kita).

 

Antara Adzan dan Shalat

 

Sungguh sebenarnya hidup itu sangat sederhana, cukup memberi makna dalam setiap jeda.

Sebuah refleksi dalam usia yang digenapkan
Sebentuk curahan syukur untuk jantung yang didetakkan
Secarik catatan atas semua pelajaran hidup yang dianugerahkan

 

Jakarta, (19+1) November 2015
~Inay

Saya Jatuh Cinta

Betul sekali, saya jatuh cinta pada tulisan saya sendiri. Narsis memang, tapi bukankah selalu menyenangkan untuk membuka-buka kembali arsip tulisan yang telah kita buat?

Begitu membaca ulang tulisan saya untuk kesekiankalinya, saya selalu mendapatkan sesuatu, bisa berupa semangat, tawa, bahkan air mata. Meskipun kadang saya merasa minder ketika membaca tulisan teman yang menurut saya memang oke, ada yang puitis, ada yang mampu memaparkan cerita bak wartawan ternama, ada yang ahli menuliskan sesuatu yang serius dan bersifat teknis, ada yang dengan mudah membuat resensi film yang begitu menarik, ada pula yang begitu jujur dan lucu dalam bercerita. Ah, saya malu, apalah saya ini, apalagi ketika membaca buku karangan penulis tersohor, rasanya tulisan saya tak ada apa-apanya. Meskipun malu, tapi saya selalu suka untuk membaca tulisan saya sendiri, saat sedang sedih, bisa jadi senyum atau bisa jadi tambah sedih, haha, tak apalah yang penting bisa menambah warna di hari-hari saya yang terkadang memang monochrome.

Ternyata saya menulis sejak dulu loh, sejak saya punya buku harian, ‘diary’ begitulah dikenalnya di zaman saya SD dulu. Sebuah diary biru kecil bergambar Snoopy yang hampir tiap hari saya isi dengan cerita-cerita yang kalau dibaca sekarang bisa bikin saya senyum-senyum sendiri. Ya, diary yang sekarang sudah sulit untuk dibaca, soalnya dulu atap kamar saya sempet bocor, karena diary itu saya sembunyiin di bawah kasur, jadi lembaran kertas putih di dalamnya luntur. Cuma ada beberapa lembar yang masih terbaca, yang saya tulis pake pulpen ternyata ga luntur, tapi sayang, sebagian besar ternyata saya tulis pake spidol. Saya agak-agak lupa sih isinya apa, meskipun saya selalu ingat cerita di dalamnya itu tentang siapa, hehe.

Kemudian saya punya diary baru, hadiah ulang tahun dari teteh, diary yang bisa diisi ulang, terbuat dari bahan daur ulang, tali, dan bunga-bunga kering. Saya suka banget diary itu, dan seperti diary yang sebelumnya, hampir tiap hari ada aja cerita yang tertulis di situ. Zaman SMP, ketika di rumah ada komputer baru, Pentium 3 loh, hehe, diary saya pindah ke situ, saya selalu menulis dalam Notepad, dan tersimpan aman di dalam sebuah folder ber-folder ber-folder ber-folder dan seterusnya. 😛

Dan kemudian saat saya punya laptop pribadi, di sini lah semua tulisan tercurahkan. Meskipun tak serajin dulu, saya selalu menyempatkan menulis update tentang diri saya, apa pun itu. Menulis tentang segala hal yang ingin saya ungkapkan namun tak mampu saya suarakan. Ah, membaca arsip yang tersimpan di laptop ini sungguh dapat membawa saya kembali ke masa itu, saat saya menuliskannya, mencoba merasakan apa yang dulu saya rasakan, menemukan kebodohan yang telah saya lakukan, dan semua senyum, tawa, dan air mata yang pernah ada. Izinkan saya meminjam sebuah tagline iklan produk elektronik. 🙂

YOUR LIFE IS THE MOST INTERESTING CHANNEL

Rapel

Ternyata saya sudah lama sekali tidak menulis, yang artinya sudah lama juga saya tidak punya waktu untuk berdialog dengan diri saya sendiri. Ternyata tanpa disadari, inilah salah satu cara mengenal diri kita lebih dalam, ya betul, menulis. Tahun yang baru bukan berarti segalanya baru, buktinya saya masih begini saja, masih tetap pemalas dan penunda banyak hal. Saya sibuk dengan segala urusan yang menyenangkan dan seringkali melupakan urusan yang mungkin kurang menyenangkan tapi seharusnya menjadi prioritas utama. Baru itu bisa berarti berganti atau berubah dari yang lama. Entah mengapa berubah itu sulit. Saya tetap saja cengeng dan tidak dewasa di usia saya yang ke 21. Ya, bisa dibilang ini sebuah rapel, gabungan renungan ulang tahun dan tahun baru, ah, lihatlah betapa pemalasnya saya.

Adik saya sekarang sudah kelas 1 SMP, sudah beranjak menjadi ABG, saya sering tersenyum memperhatikan kelakuannya karena saya tahu, saya pernah seperti itu. Adik saya beranjak besar begitu pula saya, namun saya beranjak tua dan berharap beranjak dewasa. Sekarang adalah tahun ke-4 saya kuliah, seharusnya inilah tahun terakhir saya kuliah, entah itu sampai Juli atau Oktober. Ya, harapan orang tua saya cukup besar tentang kelulusan saya yang semoga memang bisa tahun ini. Teteh saya, setelah lulus apoteker, dia sudah mulai sibuk bekerja dan menghasilkan uang sendiri tentunya. Semuanya berjalan apa-adanya dan tanpa terasa sebentar lagi tiba waktunya untuk saya mengalami hal yang sama dengan teteh. Lulus, wisuda, kerja.

Teman-teman SMA yang kemarin berkumpul sekedar untuk berbagi perkembangan cerita, kehidupan, dan nostalgia, ya, kami semua sudah besar, tumbuh menjadi manusia yang seutuhnya. Ada yang sebentar lagi mau ko-as, ada yang sama-sama mau lulus tahun ini juga, semuanya memang berbeda, berubah. Agenda reuni SD minggu depan juga membuat saya berpikir kembali ke belakang, mengenang segala yang telah saya lalui. Melihat wajah-wajah itu, yang dulu polos dan tanpa beban penuh keceriaan, hey, kita dulu pernah muda. Saya menjadi seperti sekarang ini setelah melalui semuanya bersama kalian, keluarga, teman, guru, pedagang di sekolah, tukang becak yang mengantar saya setiap pagi ke TK, supir angkot, supir bis, pengamen jalanan, bahkan copet yang menjadi “teman” setia perjalanan panjang Bandung-Padalarang (PP), semua memberikan warna dalam kehidupan saya. Setiap waktu saya belajar, setiap kehidupan mempunyai keunikan tersendiri, setiap jiwa merupakan primary key, yang tidak akan pernah sama, dan saya bahagia dengan apa yang saya miliki, lalui, hadapi, dan jalani. Saya bersyukur atas jalan hidup yang telah dipilihkan Allah untuk saya, jalan inilah yang membuat saya menjadi seperti saat ini. Saya selalu ingin bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh-Nya, karena memang itulah yang pantas saya dapatkan dan sanggup saya emban.

Terima kasih semua, atas segala kasih sayang, canda tawa, pertengkaran, senyuman, dan perasaan yang mungkin tak terungkapkan.

Not a Shopaholic

Gini nih kalo setiap weekend ga ada kerjaan, jadi jalan-jalan ke Lippo Supermal deh, kebetulan tiap weekend saya nginep di rumah Uwa saya yang ada di Karawaci. Hmm, udah 3 minggu nih berkunjung ke rumah Uwa. Bagaimana hasilnya?

Minggu 1 :

Sepatu Sendal.

Ihiy, yang kali ini gratisan bo! Hehe. Dompet masih aman.

Minggu 2 :

Hmm, dalam rangka mencari kostum buat acara workshop Pertamina, atasan putih dan bawahan hitam. Kemeja putih yang saya punya adalah kemeja putih garis-garis pink dan bawahan hitam yang saya punya adalah rok. So? Yeah, it’s time for hunting. Yap, saya pun kebablasan secara sadar, 3 kemeja dan 2 celana, weits. tapi saya sangat bangga karena mendapatkan 5 potong pakaian tersebut dengan penuh taktik dan strategi. Kebetulan lagi ada promo setiap pembelian 150rb dapet voucher 50rb untuk barang-barang tertentu yang bertanda kuning. Yap, setelah berpikir keras, akhirnya saya menemukan strategi yang tepat, lalu berlarian berpeluhkan keringat, hasilnya.. saya dapet 5 potong pakaian itu dengan mengeluarkan uang tidak lebih dari 1/4 juta (sok2an pake juta biar keliatan gede). Sedikit kecolongan, namun tanpa perlu menguras atm saya yang udah lama ga direfill (halah).

Minggu 3 :

Iseng ditambah alasan butuh koneksi internet buat ngirim email, jadilah saya jalan-jalan lagi. Satu catatan penting, saya baru gajian, wih, tapi dengan tekad bulat, saya tidak menyentuh uang yang ada di amplop gaji pertama saya. Setelah muter-muter 5 jam ditambah makan, saya pun pulang, tentunya tidak dengan tangan kosong. Bedanya, kali ini saya belanja bukan buat saya, tapi buat adik sama papa saya. Saya tersenyum penuh kemenangan, entah kenapa saya ngerasa ini tuh rekor baru di MURBI (Museum Rekor Belanja Inay). Jadi saya berhasil mendapatkan 10 (SEPULUH) potong pakaian, didominasi oleh kaus, dan saya hanya mengeluarkan uang sebesar 123.600 rupiah saja. Wih, ada kaos yang harganya setelah didiskon jadi 8rb, hadoh, hari gini, mesen katering di kantor aja sekarang harganya 9rb. Jadi 3 kaus buat adik saya, 1 buat papa saya, dan 2 buat saya sendiri, sisanya, hmm.. liat saja nanti deh, hehe. Beuh, mana saya tahan buat ga beli kaos seharga 8rb, fyuh, masih bernapsu gini nulisnya.

Sekedar informasi, di dua buah struk belanja belanja saya tertulis “Anda Hemat xxxxxx”, nah, setelah dijumlahkan, ternyata saya telah berhemat 185.400 rupiah, haha, saya suka seneng sendiri kalo liat yang beginian di struk belanja.

Belanja barang diskon buat saya selalu memberikan kepuasan lebih. Feel yang didapet bakal beda kalo kita beli barang diskon seharga x sama beli barang dengan harga normal x, tentunya kualitasnya juga bakal beda.

So, I’m not a shopaholic, right? But you can call me SALEHOLIC! Yipie!

Kalau mau pintar bergaya, harus pintar belanja donk!

Aline Tumbuan, model, presenter acara Dunia Belanja TVOne

Zero Configuration

Dapet istilah ini dari jarkom, agak ga nyambung sih sebenernya, tapi pokoknya intinya saya sedang me-nol-kan diri. Ya, sekarang sudah dalam arti yang sesungguhnya, kalau dulu saya pernah berkoar-koar tentang hal yang sama namun sayangnya masih super gombal alias omdo (omong doang), sekarang saya sedang berada dalam keadaan zero.

Saya sekarang sudah cukup tenang menghadapi semuanya, tidak lagi berharap yang muluk-muluk, cukup dengan menikmati perasaan yang masih ada, sungguh, sangat membahagiakan ternyata, ketika kita benar-benar tulus, ikhlas, ridho dalam melakukan sesuatu, tanpa adanya suatu ekspektasi.

Entah apalah nanti yang terjadi, entah siapa yang sebenarnya nanti akan menjadi, semua itu rahasia Yang Di Atas, dan ketika saatnya rahasia itu terungkap, berarti saat itulah saat yang tepat untuk saya mengetahui segalanya, dan apa pun itu, saya siap menerimanya, karena itulah pilihan jalan terbaik yang ditentukan olehNya.

Semuanya terasa begitu nyaman, itulah yang saya rasakan saat ini, sungguh, cukuplah saya berdoa dan selalu memohon agar diberikan ketenangan dan kekuatan untuk menghadapi semuanya. Semangat!

Travel Warning

Bukan, ini bukan cerita tentang travel warning ke negara kita tercinta Indonesia, ini adalah cerita tentang saya *yang tidak berpengalaman* saat menggunakan travel Bandung-Jakarta. Baiklah, mari kita mulai saja cerita yang cukup panjang ini.

Rabu, 18 Juni 2008

Saya mencoba nelpon Baraya buat mesen travel ke Bandung dari pool BSD buat Jumat malem. Bukan rezeki, ternyata penuh. Sebenernya ada 1 lagi travel yang di daerah BSD, yaitu Xtrans, tapi berhubung cukup mahal harganya, jadi agak2 gimana gitu. Ya sudah, saya cari2 info di internet tentang travel-travel (selain Baraya dan Xtrans) yang ada poolnya sekitar BSD. Setelah beberapa jam googling, ternyata ada Cipaganti, tapi poolnya ada di antah berantah yang belum saya jamah, yaitu di Plaza Serpong, dengetr2 dari Ibun, katanya mall yang satu ini cukup jauh, jadi saya malas. Trus ada lagi Kaskardia Travel, eh, pas saya coba sms CPnya, balesannya begini “Maaf, kita sudah tidak melayani itu lg. Sekarang kita berubah ke korporate. Thx”. Wew, apa pula itu maksudnya, hehe, source dari internetnya emang udah setahun yang lalu sih, so last year.

Sampai sore hari, saya belum memutuskan bakal pulang ke Bandung naek apa, pengen nyoba naek bis, tapi males juga kalo malem2, sendirian pula, belum pernah nyoba juga, takut aja. Trus akhirnya memutuskan untuk mesen dulu yang Bandung – BSD buat Minggu sore, nelpon Baraya Bandung pas malem, sekitar jam 7an. Ternyata eh ternyata, yang hari Minggu adanya paling sore jam 12 (ini mah siang bukan sore), ya sudah, saya akhirnya mesen yang itu aja, daripada ntar bingung ga bisa ke BSD. Seperti biasa (sotoy sih, baru pertama kali mesen travel) kalo mesen travel itu kita ditanyain nama dan no. HP. Tolong diingat, saya sudah memesen Baraya Bandung-BSD Minggu jam 12 siang atas nama Ginar – 0818*********.

Kamis, 19 Juni 2008

Pagi-pagi setelah saya dapet no Xtrans BSD dan setelah meminta izin sama Mama buat naek Travel Xtrans yang cukup mahal itu, jadilah saya telpon Xtrans, saya menghubungi nomer yang 70********. Singkat cerita, saya dapet tuh yang Jumat jam 18.30, mesen kursi no.3, kata Masnya yang baru isi cuma kursi no. 1, 4, dan 7. Ada sedikit kejanggalan sebenernya, pas saya bilang mau mesen buat Jumat sore, si Masnya malah jawab gini “Maunya yang jam berapa?”, seharusnya Mas-mas Xtrans yang profesional akan menawarkan pilihan jam-jam keberangkatan di Jumat sore tersebut. Hmm, sekarang inget lagi ya, saya sudah memesen Xtrans BSD – Bandung Jumat jam 18.30 atas nama Ginar – 0818*********.

Jumat, 20 Juni 2008

Pagi-pagi kerja dengan tenang, malah sempet ikut aerobik dulu di kantor, trus maen badminton dan pingpong juga. Sudah sangat bersemangat untuk pulang ke Bandung, entah kenapa. Pulang kerja jm 16.30 langsung kabur, pamitan bentar sama pembimbing, agak lari-lari biar ga dicegat dulu buat review, hehe. Oh,ya FYI. saya sekarang lagi kerja praktek (kp) di PT. Sigma Cipta Utama, Kawasan Industri Tekno, Serpong, Jawa Barat. Saya udah 2 minggu kp di sini, nah karena itulah saya udah mulai kangen Bandung, trus berniat pulang hari Jumat. Pulang ke rumah dulu, trus abis solat maghrib langsung deh cabut ke pool Xtrans di Ruko Tol Boulevard, cuma 10 menit dari rumah. Lalu sampailah saya di pool Xtrans, langsung menghampiri Mas2nya untuk membayar tiket. Dan saya pun tercengang ketika Masnya bilang kalo nama atau no.hp saya ga ada dan ternyata slot yang jam tersebut sudah penuh dari hari Selasa. What?! Terus yang kemaren itu apaan? Saya jelas-jelas nelpon ke no 70******** dan Masnya bilang baru ada 3 orang yang mesen, meskipun hati kecil saya berkata “kok aneh ya, travel yang jam segitu masih kosong..hmm.. ah, mungkin emang udah rejeki aja..”. Lalu masnya mencoba mencari nama saya di lembar pemesanan untuk tujuan yang lain, mungkin salah nulis, dan setelah dicari2nya, nama atau no. hp saya ga ada sama sekali. Dan saya pun terduduk lesu di salah satu kursi di ruang tunggu Xtrans, ditemani dengan suara telpon dan suara Mas Xtrans yang sedang menerima pesanan dan menelpon seseorang yang dia sebut Bos. Sambil memandang iri para penumpang lain yang sedang menunggu kedatangan mobil menuju Bandung yang ternyata terlambat datang, saya terus memutar otak mencari-cari jalan keluar biar saya bisa pulang ke Bandung malam ini. Ada beberapa pilihan yang terlintas:

1. Pulang lagi ke rumah, trus pulangnya ntar2 aja, argh, males, bt!

2. Pulang naek bis, tapi nyari temen dulu saat ini juga buat pulang ke Bandung, hmm, tampak mustahil.

3. Pulang ke Bandung besok jam 8 pagi pake Xtrans, karena yang jam 20.30 dan jam 06.00 besok pagi sudah penuh sodara-sodara.

Saya cuma bisa termenung sambil memencet-mencet handphone. Pilihan pertama, tidak! tidak mau! saya mau pulang malam ini! Pilihan kedua, temen saya yang saya harapkan bisa nemenin saya ternyata masih berada di kantornya dan belum siap-siap buat pulang ke Bandung, fiuh. Pilihan ketiga, yah, mungkin itu satu2nya jalan, kyaa.

Dan alhamdulillah Mas Xtrans yang baik hati memberikan secercah harapan di tengah kegelapan malam dan kesedihan hati yang dirundung duka tak terkira. Masnya menawarkan untuk naek Xtrans yang dari Bintaro untuk jam 19.30, yah, secara saat itu udah jam 19.00, dan tentunya itu adalah sebuah penawaran yang sangat menarik, serasa, dapet diskon di dept.store, trus ditambah lagi diskon tambahan dari potongan koran (haha, apa sih..). Jadi begini rencananya, nanti saya naek Xtrans dari Bintaro, nah, buat ke Bintaronya saya ntar dijemput pake mobil Bandara-Bintaro, jadi mobilnya singgah dulu di BSD khusus buat jemput saya (oh, so sweet..:P). Dan akhirnya saya mengikuti semua rencana yang disusun dan alhamdulillah sampe Bandung dengan selamat dan sehat wal’afiat.

Sabtu, 21 Juni 2008

Setelah pengalaman buruk reservasi travel yang telah saya alami, mama saya menyarankan untuk melakukan konfirmasi ulang ke Baraya, yaitu travel yang saya pesen buat balik lagi ke BSD besok. Siang-siang, saya nelpon tuh Baraya, lalu saya sok2an nanya buat yang Minggu sore, kali aja ada yang kosong, ternyata penuh, ok, langsung aja saya bilang kalo saya mau konfirmasi reservasi buat Minggu jam 12 dengan tujuan BSD atas nama lalalaa.. ya gitulah ya, seperti yang telah saya tulis sebelumnya. Lalu Mbak Baraya berkata bahwa tidak pemesanan atas nama itu, saya sampe ngotot nyebutin no. hp saya, kali aja namanya salah. Dan setelah ngotot-ngototan, akhirnya Mbaknya bilang kalo dia mau konfirmasi dulu ke pool Pasteur dan saya disuruh konfirmasi lagi nanti. 10 menit kemudian, saya nelpon lagi, dan kata Mbaknya, Pasteur belum bisa ditelpon karena sedang memberangkatkan penumpang. Ok, saya tutup telponnya, that’s it! udah cukup, cukup sudah saya dipermainkan oleh Travel-travel itu. Saya akhirnya memutuskan besok bakal pulang naik bis aja sore-sore, ga mau tahu, pokoknya harus bisa berangkat sendiri, ga usah lagi bergantung sama Travel.

Minggu, 22 Juni 2008

Akhirnya saya ke BSD naek bis sekitar jam 6 kurang dari Gerbang Tol Pasir Koja, biar cepet, soalnya kalo dari Leuwi Panjang pasti bakal nunggu bisnya penuh dulu. Duduknya di depan, di kursinya kenek, hehe, saya sih senang, karena pemandangannya luas, tempat duduk favorit saya kalo di bis emang di depan, biar bisa ngeliat jalanan tanpa ada yang ngehalangin. Akhirnya saya nyampe Terminal Kebon Nanas jam 20.15, cepet juga loh ternyata, pokoknya nanti-nanti saya mah mau naek bis aja, biar lebih pasti, harganya juga terjangkau, mungkin harganya sama kayak Baraya, tapi ga bikin kesemutan, hehe, katanya naek Baraya tuh sempit2an parah, jadi pegel2 gitu. Naek bis juga cepetnya sama aja kayak naek travel, malah lebih cepet kayaknya.

N.B. : Waktu naek Xtrans ke Bandung jadinya lebih murah 10 rb soalnya naeknya dari Bintaro, hehe..

Cukup 1

Berawal dari mendengar review season awal Conference Gosip (CG) IF, ditambah postingan ibu ini yang ada sedikit keterkaitan sama postingan mas yang satu ini. Saya tertarik untuk menjawab salah satu pertanyaan yang diajukan saat CG:

 
 

“Berapa orang yang pernah disukai selama di ITB ?”

 
 

Waw, that’s a hard question! Saya agak bingung sama anak-anak yang ikut CG, kayaknya mereka bisa menjawab dengan cepat, kayaknya saya harus mikir dulu beberapa jam buat ngejawab pertanyaan ini. Saya harus kembali mengingat masa-masa awal kehidupan saya sebagai mahasiswa (sudah 2,5 tahun ternyata).

   
 

The first time, OSKM! Yup! Baru aja berapa hari diterima jadi mahasiswa ITB saya udah mulai menemukan yang sebenernya ga saya cari. Cowo yang ditakdirkan menjadi temen sekelompok OSKM saya. Haha. Cuma sebentar aja saya suka sama dia, selama OSKM berlangsung, udah aja. Just for fun! Meskipun kalo sekarang ketemu sama orangnya, saya masih seneng liat wajah tampannya. Hihi.

 
 

Zaman TPB, saya yang kuliah di IF yang notabene hidup di antara banyak cowo ternyata satu kelas sama Mesin yang jelas-jelas cowo,cowo,cowo, dan cuma ada 3 orang cewe di angkatannya. Jadi setiap harinya di kelas saya cuma ada 6 orang cewe IF dan 3 orang cewe Mesin dan kelas saya sisanya dipenuhi oleh para lelaki. Ada beberapa anak Mesin yang cukup charming (ganteng lah kalo mau jujur) yang cukup banyak dibicarakan dan diidolakan oleh beberapa cewe IF, namun predikat ganteng menurut saya belum bisa didapatkan para cowo itu, jadinya saya cuma ikut2an seneng doang liat ketampanan mereka tanpa punya rasa apa-apa. Saya mungkin pernah suka sama beberapa temen sekelas semester 1, saya orangnya ga pernah jelas sih, kadang suka sama yang ini, kadang yang itu, kadang yang mana lagi, ga tau deh lupa. Ada yang gara-gara kegeeran, ada yang gara-gara curi-curi pandang, haha, maklum teenager. Just count the number! 4! Yap,kira-kira segitu deh!

   
 

Next semester, teman sekelas saya pun berganti, tetap dengan anak IF yang sama, tapi ga bareng Mesin lagi,tapi sama PN. Semester 2 kayaknya ga terlalu banyak deh yang memikat hati saya, tapi ada beberapa yang bukan temen sekelas yang cukup membuat hati saya bergetar hebat. Ehm, agak berat cerita yang satu ini, cukuplah saya yang tahu siapa dia dan semua kisah saya dan dia. Semuanya cukup indah untuk dikenang, meski berat untuk dijalani dulu. Back to the number, kayaknya saya perlu ngeliat dulu sebentar ke buku diary saya yang udah lama banget ga saya buka. Ok, 1 saja sepertinya. Yap, I had stuck with this one. Hanya bisa tersenyum mengingatnya dan saya sekarang berhasil melangkah maju. Ketemu banyak orang ganteng ga cukup ampuh buat saya keluar dari kungkungan bersama dia, namun waktu yang menjawab segalanya, saya berhasil bebas.

Yeah! Time for hunting! Haha, omong kosong. Saya sebenernya ga pernah sengaja buat hunting cowo. Minta dikenalin atau dicariin sama orang juga ga pernah. Saya suka bingung sama orang yang mencari cinta di jalan, di mall, di tempat-tempat nongkrong lainnya deh, kok bisa-bisanya yah, nemu orang yang menurut mereka menarik, trus kenalan, trus entah gimana, jadi pacaran aja. Bingung! Buat saya cinta itu butuh proses. Kita ga bisa memilih siapa yang akan kita cintai. Ga bisa seenaknya nyomot orang di jalan, kenalan, trus sayang deh sama orang itu. Bukan gitu cara saya menemukan cinta. Cinta itu datang tanpa perlu kita cari. Bahkan cinta itu buat saya bukan untuk ditemukan, tapi cintalah yang akan datang menemui kita.

   
 

Bicara tentang angka, saya belum selesai ngitung nih. Sampai saat ini berarti 1+4+1 = 6. Ehm, ditambah beberapa yang tidak sempat dan tidak mau saya ceritakan di sini (hehe), jumlahnya akan menjadi 9. Nice number! 9 untuk 2,5 tahun menjadi penghuni Ganesha 10. Ada yang cuma iseng, ada yang serius, ada yang cuma sebentar, ada yang lama, ada yang ga kenal, hehe.

   
 

Meskipun 9 angka cantik, tapi tetap aja, saya cuma butuh 1, cukup.

Cukup 1 saja ,1 untuk bersama, saling menemani sepanjang sisa hidup di dunia ini.

Cukup 1 saja, 1 yang mampu mengucap janji sehidup semati.

Cukup 1 saja, 1 yang dapat membuka hati saya dan kemudian menguncinya dengan erat dan akan selalu menyimpan kunci itu di hatinya.

 
 

Just wait for the one.

The one and only.

  

Can’t Stop

Postingan ini menceritakan tentang seorang mahasiswi Informatika ITB angkatan 2005 yang bernama Ginar Santika Niwanputri yang biasa dipanggil Inay yang baru saja mendapatkan ujian yang cukup berat.

 

Minggu, 2 Desember 2007

 

Sehabis acara amazing race di Saparua, sekitar jam stgh4an, Inay pulang ke kosan, ngambil laptop, ganti baju, solat, lalu berangkat lagi. Berniat ke kampus buat menghasilkan sesuatu, entah itu tugas atau hal yang lain. Berhubung tadi belum sempet makan siang, Inay rencananya mau cari makan dulu, yang terlintas di pikiran dan dapat memicu nafsu makan adalah Beurgeur, merk burger yang ada di Tubagus. Ok, langsung aja Inay berangkat ke Tubagus. Kebetulan cuacanya lagi enak banget buat naek motor, dingin-dingin abis ujan gt, seger deh pokoknya. Melewati jalan Dago, lumayan padet, meliuk-liuk di antara mobil-mobil berplat-bukan-D, mulai menikmati bermain-main dengan Si Mio tercinta. Tubagus ternyata agak macet, gara-gara ada jalan yang rusak parah membentuk kubangan. Inay kembali beraksi, meliuk-meliuk di antara antrian mobil. Cukup menyenangkan. Sesampainya di Beurgeur, damn! Tutup ternyata dia. Mulai kebingungan mau makan apa. Muter balik. Beraksi lagi di kemacetan Tubagus. Menyusuri simpang, celingak-celinguk cari makanan yang bisa menggugah selera. Nothing! Belok ke Dipati ukur. Masih celingak-celinguk nyari sesuatu yang bisa ngisi perut. Aha, pempek Sekeloa. Ups, penuh banget ternyata. No place to sit. Kalo mau juga dibawa pulang. Huh, males ah. Pergi lagi. Masih mencari. Memutuskan akan membeli Klenger. Berangkat menuju Plaza Dago. Beli 1 Super Klenger Burger plus 1 Cheese Burger titipan Dsh. Jam 5 tepat, berangkat dari Plaza Dago menuju kampus. Di perempatan Sulanjana, Inay milih lurus, trus belok kiri di Cikapayang, berniat muter di U-turn bawah Pasupati, yang deket gereja itu loh. Pas mau muter, dari jauh kelihatan ada beberapa motor yang melaju ke arah lampu merah, ada 1 motor yang kelihatan ngebut, dengan santainya Inay langsung ngambil ke arah kiri dengan prediksi motor-motor yang menuju lampu merah bakal ngasih jalan dengan ngambil ke arah kiri. Pas udah di deket gereja, tiba-tiba dari arah kiri ada motor yang melesat dengan kencangnya dan Brak! dengan cantiknya Inay terlempar dari motor ke deket bahu jalan sebelah kiri dan si mio pun terhempas ke arah kanan jalan. Inay khususnya pantat Inay mengalami benturan yang sangat keras dengan jalan. Posisi badan saat itu menghadap ke kiri. Inay masih memakai tas ransel yang berisi salah satu pacarnya, yaitu Ijoy, joybook inay tersayang. Si Mio terbaring hampir serupa dengan pemiliknya di tengah jalan, dengan keadaan mesin masih hidup. Sebuah kantong keresek yang berisi 2 buah burger yang sudah tidak jelas bentuknya tergeletak di antara Inay dan Si Mio. Dengan tololnya pelaku kejahatan hanya melaju begitu saja menuju lampu merah. Inay yang awalnya berniat berteriak memaki-maki dengan berbagai kata-kata kotor penuh dosa akhirnya hanya bisa beristigfar dan berteriak “HEEH!!!!” kepada pelaku. Setelah Inay berdiri (alhamdulillah masih bisa berdiri) dan duduk menepi di trotoar jalan, ada beberapa orang baik hati yang membereskan Si Mio ke tepi jalan. Mereka menanyakan keadaan Inay. Terima kasih, ternyata masih ada orang baik di dunia ini. Dari arah lampu merah ada seseorang cowo yang sepertinya berusia belasan memakai baju merah berlari menuju TKP. Berikut kutipan percakapan yang terjadi di TKP:

 

Merah (M) : Gapapa Teh?

Inay (I) : Yah, sakit-sakit pantat aja..

M : Tadi ceritanya gimana Teh?

I (dlm hati) : Nih orang siapa sih?

Satpam (S) : Ini teh siapa yang nabraknya?

M : Tadi temen saya yang bawa, saya ga tau Pak.

I (dlm hati) : Oh..ini toh penjahatnya.. temennya yang bawa motor pengecut abis.. malah yang dibonceng yang dateng ke TKP..

I : Tadi saya lagi mau belok ke kiri, eh taunya ditabrak dari arah kiri..

M : Motornya teh ga ada rem belakangnya.

I (dlm hati) : Motor apaan yang ga ada rem belakangnya?! Tolol! Kalo remnya rusak, ga usah pake motor aja!

M : Tadi kalo saya mau kabur juga bisa aja.. (membela diri critanya dia..)

Tiba-tiba seorang cowok bertopi yang seusia sama yang baju merah udah ada di depan Inay.

Topi (T) : Tadi labuh teu? (bertanya pada M, labuh = jatuh)

M : Labuh.

 

Ternyata si cowok bertopi adalah orang yang bawa motor itu.

 

I (dlm hati) : Nih penjahat kayaknya ga sadar klo udah nabrak motor orang dan melukai pantat orang.. dudul! masih meringis kesakitan..

S : Tadi gimana ceritanya? (bertanya pada T)

T : Tadi ke tengah.. (maksudnya dia menyalahkan Inay yang tiba2 ke tengah)

I : Tadi kan saya mau belok ke kiri, tadi saya liat kok, kamu kan ngebut banget, dari sana aja udah kenceng..

T & M : Ya udah, sekarang enaknya gimana Teh? Teteh gapapa?

I : Ya udahlah, gapapa, cuma sakit-sakit ini aja, pokonya jangan ngebut2 lagi, jangan sampe keulang lagi, kasian yang jadi korban. (secara tidak sadar ternyata Inay ngomong sambil nangis)

M : Tapi kok tetehnya nangis, saya jadi ga enak..

I : Ya udahlah.. asal ati2 aja.. jangan diulang lagi..

S : Masih kaget mungkin..

Kayaknya tambah rame aja yang ngeliatin TKP, ampe ada motor yang berhenti segala, kayak mau belain Inay.

 

S : Udah jangan di sini atuh, belokan.. pindah aja..

M : Ya udah teh, jangan di sini.. pindah aja.. (sambil mau narik Inay)

I (dlm hati) : Males banget deh.. mau dibawa kemana sama penjahat-penjahat ini.. kalo pun aku diurusin sm mereka ke RS ato dokter.. argh! Ga mau! Males.. mau sama yang lain aja.. ga mau sm mereka..

I : Udah deh.. udah.. gapapa kok.. asal jangan diulang lagi aja.. (masih nangis sambil menolak untuk ditarik)

M : Ya udah atuh Teh, maaf yah.. (sambil salaman dan menyuruh si T salaman)

I (dlm hati) : Nih penjahat satu lagi niat ga sih minta maaf, salaman aja harus disuruh sm temennya.. Huh! Cowok apaan kayak gitu.. Ga banget!

 

Akhirnya T bersalaman dengan Inay dan ada 1 orang lagi yang memungut helm punya penjahat itu. Kebayang ga sih kecepatan mereka kayak gimana, helmnya aja ampe terbang, lah gimana ga terbang yah tu helm batok, Si Mio aja ampe dibuat terbang sama mereka. Trus mereka pergi dan Inay pun masih terduduk dan terisak di tepi jalan Cikapayang. Banyak banget orang yang ngeliatin. Bapak satpam nanyain, bisa jalan ga. Inay pun menjawab, bisa pak, masih menangis. Inay bangun dan berusaha membuat badan, terutama pantat, lebih enakan. Trus Inay pun dengan perkasa kembali menaiki Si Mio. Hah! Semangat Nay! Inay berucap dalam hati. Inay kembali melaju dengan tangisan yang belum bisa dihentikan. Di tengah perjalanan menuju kampus, ternyata Inay baru menyadari ada sesuatu yang berubah di Si Mio. Tutup stang yang deket lampu ternyata mau lepas, tuas rem belakang jadi turun, dan ada lecet yang cukup parah di bagian depan. Berhenti sebentar buat benerin yang mau lepas, masih nangis. Maju lagi trus parkir di dpn Salman, masih nangis. Berjalan menenteng helm pink dan sebuah kantong keresek Klenger yang tadi hampir berhamburan menuju himpunan masih dengan tangisan yang sama.

 

 

Tersenyumlah – Naif

 

walau kau bersedih

janganlah menangis oh sayangku

tersenyumlah meski kau terluka

 

ku tahu kau sedih

janganlah berlarut oh sayangku

tersenyumlah dunia kan bersinar

 

kala duka menyerang jiwa

biar hanya hati yang rasa

tersenyum yang manis

biar dunia lebih bersinar cerah

 

bila kau tak sedih

ku jadi bahagia memandangmu

tersenyumlah

dunia kan bersinar

 

 

Semoga kejadian yang dialami Inay bisa memberikan hikmah buat semuanya.

Semoga tulisan ini bisa bermanfaat buat siapapun, buat bangsa, negara, dan dunia.

Semoga Inay bisa menghentikan tangisannya.

Semoga Inay bisa kembali tersenyum dengan manisnya agar dunia kembali bersinar.

 

Kartu Merah

11/23/07 11:06:12 PM

 

Hari ini saya dapet kartu merah. Haha..

 

Jadi gara-gara kekonyolan saya ngasih tebak-tebakan tentang merek softcase laptop sambil memutar-mutar laptop dengan berbagai sudut dan arah, saya akhirnya diberi kartu merah. Bukan cuma saya yang dapet kartu merah, temen saya, yang berada di sebelah kiri saya, yang saya tanyain tebak-tebakan konyol, yang mungkin sedang sial, dapet kartu merah juga (maafkan saya teman..).

 

Mari kita mulai menganalisis penyebab dari dikeluarkannya 2 buah kartu merah pada pertandingan tadi. Saya berada di posisi lapis ketiga sayap kanan, di lapis kedua terdapat space kosong (sekitar 2 meter) yang berada tepat di depan kami berdua. Sebenernya pelanggaran yang saya buat (menurut saya, memang cuma saya yang salah, temen saya itu adalah korban dari pelanggaran yang saya buat) ga berat-berat amat, cuma ngobrol-ngobrol biasa, ga keras lagi suaranya, tapi mungkin pada dasarnya saya orangnya cengeng-ngesan mulu, yah, mungkin wasit yang sangat jeli tersebut dapat memantau dengan jelas pergerakan saya karena space kosong yang ada di depan saya. Mungkin juga sejak awal pertandingan, pergerakan saya memang seringkali menarik perhatian wasit, pas pertandingan baru mulai, saya ngobrol sama temen saya yang berada di posisi bagian belakang, trus saya juga ketawa-ketiwi sama temen saya yang berada di sebelah kanan saya gara-gara leaflet yang disebar di lapangan, trus yang terakhir yah itu tadi, tebak-tebakan konyol tentang merek softcase laptop saya. Mungkin lagi, wasit pertandingan emang lagi jelek aja moodnya, lagi sensi kali yah..hehe..

 

Hal yang membuat saya kecewa, saya dikasih kartu merah tanpa peringatan terlebih dahulu, setidaknya kartu kuning dulu lah yah. Tapi tadi saya langsung dikasih kartu merah gitu aja. Dan ironisnya lagi, saya dikasih kartu merah pas di awal pertandingan, baru 10 menit coba, masih pemanasan gitu, saat saya belum bisa mencetak gol di pertandingan tersebut. Setelah pemberian kartu merah dengan tidak hormat, saya dan teman saya keluar dari lapangan, tak lupa membawa semua perlengkapan yang kami bawa, karena wasit sama sekali tidak memberikan kesempatan bagi kami untuk protes dan kembali ke lapangan.

 

Untungnya, dalam aturan pertandingan kali ini, pemain yang mendapat kartu merah masih dapat bertanding pada 2 pertandingan selanjutnya. Cuma itu aja yang nyes banget, belom sempet ngegolin. Hehe..

Dan untungnya lagi, setelah saya keluar dari lapangan, saya memutuskan untuk masuk ke lapangan tenis meja (emang ada lapangan tenis meja?!). Saya jadi punya waktu latihan lebih buat persiapan pertandingan penting besok, membela nama kampus saya tercinta ini. Semangat !!!

 

Cerita di atas menggunakan berbagai istilah yang definisinya dapat ditafsirkan sendiri melalui metode learning. Hihi..

 

Buat yang penasaran sama tebak-tebakan konyol yang menjadi penyebab saya dikasih kartu merah, nih dia foto barang buktinya..

 

Softcase Laptop Inay 

Waktu pertandingan tadi, saya sempet ngibulin temen saya yang tadi kalau merek softcase itu ditulis dalam sandi, yaitu sandi rumput. Hehe..

 

Kuis

 

Apakah merek dari softcase tersebut? *

 

[Maaf, Kuis ini tidak berhadiah.]

 

*) Jangan mencari jawaban kuis ini sambil memutar-mutar laptop Anda saat pertandingan sedang berlangsung! Pemberian kartu merah bukan tanggung jawab pemberi kuis.

 

Sekolah Kehidupan

 

 

11/18/07 06:58:10 PM

 

 

 

 

menikmati sisa waktu di usia kepala satu alias belasan yang hanya tinggal beberapa jam lagi..

nothing special..

sendirian di kamar kosan.. memangku laptop.. sambil meminum secangkir cappuccino hangat..

mungkin ada yang berbeda dari biasanya..

iya.. kali ini aku akan merayakan ulang tahun di kamar kosan.. seorang diri.. baru sadar.. aku kangen sama rumah.. padahal baru 3 hari yang lalu aku pulang.. oh..tidak.. aku meneteskan air mata.. tanpa tahu mengapa.. hiks.. tetesan air mata kerinduan.. huhu.. jadi pengen pulang..

berusaha mencari tahu apa yang sudah aku lakukan selama hampir 20 tahun ini..

ehm.. masih sedikit.. meski banyak.. tapi masih sedikit yang memberikan manfaat..

sifat-sifat aku.. lebih kurang masih sama kayak zaman dulu..

 

inay yang cengeng

inay yang males

inay yang ceroboh

inay yang grasak-grusuk

inay yang suka sok dewasa padahal masih suka kekanak-kanakan

inay yang sangat suka bermimpi tanpa tertidur

inay yang tampak kuat tapi tetap rapuh di dalam

inay yang sombong dan angkuh akan dirinya

inay yang sering merasa lebih dari yang lain

inay yang ga bisa menutupi perasaan

inay yang mudah dan takut jatuh cinta

inay yang …

 

ah, sudahlah.. terlalu banyak jika harus ku tulis semua di sini..

hampir 20 tahun sudah aku diberi kesempatan oleh Allah untuk dapat bernafas dan berpijak di dunia ini..

terima kasih.. kesempatan ini memberi aku banyak pelajaran..

 

masa kecilku yang bergitu menyenangkan.. dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga yang begitu hangat.. begitu aku mengucap syukur atas segalanya..

masa sekolah yang memberikan aku kesempatan untuk menuntut ilmu..

 

masa TK..

tempat aku belajar banyak tentang budi pekerti, berhitung, menulis, membaca, dan lain-lain termasuk menari..

 

masa SD..

aku belajar berteman

belajar bergaul dan bermain segala hal yang menyenangkan

belajar untuk masa depan

belajar untuk menyukai seseorang

belajar bagaimana rasanya jatuh cinta.. haha.. masa cinta monyet itu.. begitu konyol namun tetap indah untuk dikenang

 

masa SMP..

aku mulai belajar tentang kehidupan

belajar tentang bagaimana seseorang dapat berubah begitu cepat

belajar tentang bagaimana rasanya sakit hati

belajar menghadapi kenyataan

belajar banyak hal gila yang cenderung negatif

belajar untuk memilih jalan yang benar

belajar untuk tidak terjerumus di lubang yang salah.

belajar bahwa hidup ini punya banyak rasa yang bukan hanya indah

 

masa SMA..

belajar indahnya persahabatan..

belajar kalau “knowledge is power but character is more”

belajar untuk bangkit dari keterpurukan

belajar melupakan seseorang

belajar melanjutkan hidup dengan atau tanpa cinta

belajar untuk mengenal-Nya lebih dalam

belajar tentang indahnya Sang Pencipta dan seluruh ciptaan-Nya

belajar bersyukur atas segala yang telah diberikan-Nya

belajar untuk memperbaiki diri

belajar untuk kembali mencintai

belajar untuk selalu berusaha, bekerja keras, dan berserah diri pada-Nya

 

masa kuliah..

belajar mandiri

belajar memutuskan

belajar menjadi diri sendiri apa adanya

belajar memilih

belajar bersabar

belajar membagi waktu

belajar menjadi pemimpin

belajar hidup di antara manusia dengan berbagai budaya dan karakter yang berbeda

belajar menerima perbedaan dan menyadari bahwa perbedaan itu indah

belajar menjadi dewasa

belajar untuk tidak mudah jatuh cinta

belajar menyadari jika cinta adalah anugrah dari Yang Di Atas dan patut untuk diperjuangkan

 

 

itulah sekolah kehidupanku.. meski mungkin tak semua dapat dituliskan..

terima kasih untuk semua pelajaran selama 20 tahun ini..

terima kasih atas kesempatan untuk merasakan usia 20 tahun ini..

semoga aku masih diberi kesempatan untuk belajar lebih banyak lagi..

semoga dalam sisa usia yang dikasih sama Allah aku bisa memberikan manfaat bagi semua..

bagi keluarga, agama, bangsa, dan negara..

amin..

 

 

 

 

 

“A child becomes an adult when he realizes that he has a right not only to be right but also to be wrong.”

Thomas Szasz (1920 – )

Hungarian-born U.S. psychiatrist.

The Second Sin, “Childhood”