Melapangkan

Bukankah kami telah melapangkan dadamu?
Dan kami telah menurunkan beban darimu, yang memberatkan punggungmu, dan kami tinggikan sebutan (nama
)mu bagimu.
Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain),
dan hanya kepada Tuhanmu-lah engkau berharap.

Matahari

Demi matahari dan sinarnya pada pagi hari.
Demi bulan apabila mengiringinya.
Demi siang apabila menampakkannya.
Demi bulan apabila menutupinya.
Demi langit serta pembinaannya.
Demi bumi serta penghamparannya.
Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)-nya.
Maka Dia mengilhamkan kepadanya jalan kejahatan dan ketaqwaannya.
Sungguh beruntung orang yang menyucikannya, dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.

Waktu Fajar

Demi fajar, demi malam yang sepuluh, demi malam yang genap dan ganjil, demi malam apabila berlalu.
Adakah yang demikian itu terdapat sumpah bagi orang-orang yang berakal?
Tidakkah engkau memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum ‘ Ad?

Dan pada hari itu diperlihatkan neraka jahanam. Pada hari itu sadarlah manusia, tetapi tidak berguna lagi baginya kesadaran itu.
Dia berkata, ” Alangkah baiknya sekiranya dahulu aku mengerjakan kebajikan untuk hidupku ini.”
Maka pada hari itu tidak ada seorang pun yang mengikat seperti ikatan-Nya.
Wahai jiwa yang tenang!
Kembalilah pada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya.
Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu, dan masuklah ke dalam surga-Ku.

Hari Pembalasan

Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan.
Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?
Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?
Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?
Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.

Yang Mencabut

1.  Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras,

2.  dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut,

3.  dan (malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat,

4.  dan (malaikat-malaikat) yang mendahului dengan kencang,

5.  dan (malaikat-malaikat) yang mengatur urusan (dunia) .

6.  (Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama menggoncangkan alam,

7.  tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua.

8.  Hati manusia pada waktu itu sangat takut,

9.  pandangannya tunduk.

10. (Orang-orang kafir) berkata: “Apakah sesungguhnya kami benar-benar dikembalikan kepada kehidupan yang semula?

11. Apakah (akan dibangkitkan juga) apabila kami telah menjadi tulang-belulang yang hancur lumat?”

12. Mereka berkata: “Kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan”.

13. Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah dengan satu kali tiupan saja,

14. maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi.

15. Sudahkah sampai kepadamu (ya Muhammad) kisah Musa.

16. Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci ialah Lembah Thuwa;

17. “Pergilah kamu kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas,

18. dan katakanlah (kepada Fir’aun): ‘Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)’

19. Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?”

20. Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mu’jizat yang besar.

21. Tetapi Fir’aun mendustakan dan mendurhakai.

22. Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang (Musa).

23. Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya.

24. (Seraya) berkata: “Akulah tuhanmu yang paling tinggi”.

25. Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia.

26. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Tuhannya).

27. Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membangunnya,

28. Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya,

29. dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan siangnya terang benderang.

30. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya.

31. Ia memancarkan daripadanya mata airnya dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya.

32. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh,

33. (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.

34. Maka apabila malapetaka yang sangat besar ( hari kiamat) telah datang.

35. Pada hari (ketika) manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya,

36. dan diperlihatkan neraka dengan jelas kepada setiap orang yang melihat.

37. Adapun orang yang melampaui batas,

38. dan lebih mengutamakan kehidupan dunia,

39. maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal (nya).

40. Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,

41. maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya).

42. (Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari berbangkit, kapankah terjadinya?

43. Siapakah kamu (sehingga) dapat menyebutkan (waktunya)?

44. Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya).

45. Kamu hanyalah pemberi peringatan bagi siapa yang takut kepadanya ( hari berbangkit).

46. Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.

Berita Besar

”Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya? Tentang berita yang besar, yang mereka perselisihkan tentang ini. Sekali-kali tidak; kelak mereka akan mengetahui, Kemudian sekali-kali tidak; kelak mereka mengetahui. Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? Dan gunung-gunung sebagai pasak? Dan Kami jadikan kamu berpasang-pasangan, Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat, Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian. Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan, Dan Kami bina di atas kamu tujuh buah (langit) yang kokoh, Dan Kami jadikan pelita yang amat terang (matahari), Dan Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah, Supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan, Dan kebun-kebun yang lebat? Sesungguhnya hari keputusan adalah suatu waktu yang ditetapkan, Yaitu hari ( yang pada waktu itu) ditiup sangkakala lalu kamu datang berkelompok-kelompok, Dan dibukalah langit, maka terdapatlah beberapa pintu, Dan dijalankanlah gunung-gunung maka menjadi fatamorganalah ia. Sesungguhnya neraka Jahannam itu (padanya) ada tempat pengintai, Lagi menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas, Mereka tinggal di dalamnya berabad-abad lamanya, Mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman, Selain air yang mendidih dan nanah, Sebagai pambalasan yang setimpal. Sesungguhnya mereka tidak berharap (takut) kepada hisab, Dan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dengan sesungguh- sungguhnya. Dan segala sesuatu telah Kami catat dalam suatu kitab. Karena itu rasakanlah dan kami sekali-kali tidak akan menambah kepada kamu selain daripada azab. Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapat kemenangan, (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur, Dan gadis-gadis remaja yang sebaya, Dan gelas-gelas yang penuh (berisi minuman). Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak (pula) perkataan dusta. Sebagai pembalasan dari Tuhanmu dan pemberian yang cukup banyak, Tuhan yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya; yang Maha Pemurah. Mereka tidak dapat berbicara dengan Dia. Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf- shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar. Itulah hari yang pasti terjadi. Maka barangsiapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya. Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata:”Alangkah baiknya sekiranya dahulu adalah tanah”.

Izinkan Aku Jatuh Cinta

Jangan menikah karena jatuh cinta, menikahlah karena kamu yakin dia adalah calon ayah yang baik untuk anak-anakmu. (Asma Nadia)

Jadi selama ini aku sungguh hanya jatuh cinta.
Rupanya aku hanya jatuh cinta, jatuh cinta pada kumpulan kebaikan.
Ternyata aku hanya jatuh cinta, jatuh cinta pada sebuah kecerdasan.
Lagi-lagi aku hanya jatuh cinta, jatuh cinta pada dongeng klasik.
Kembali aku hanya jatuh cinta, jatuh cinta pada masa lalu.
Terakhir aku hanya jatuh cinta, jatuh cinta pada bayangan diriku sendiri.

Kali ini aku ingin menemukan dirimu, dirimu yang sesungguhnya.
Calon pemimpin keluargaku, calon ayah bagi anak-anakku, calon menantu yang membahagiakan orangtuaku, calon pembuka surga bagiku, dan calon penuntun menuju diri-Mu.

Untuk kemudian aku berkata.
Ya Allah, izinkan aku jatuh cinta.

Untuk kamu yang juga menunggu, semoga doa kita bertemu di lintasan yang sama. Amin.

Sebuah Rindu Dariku

Aku rindu
Rindu pada-Mu yang tak sempat bertemu
Pada-Mu yang selalu setia menungguku
Kau ada di situ
Tanpa peduli aku tahu ataupun terpaku

Rindu yang seharusnya tak perlu
Aku rindu karena aku terlanjur melupakan-Mu
Terlena dan tak peduli akan hadir-Mu
Betapa hinanya diriku
Bersimpuh tak berdaya di hadapan-Mu

Rinduku memuncak tak terbendung
Aku malu
Tetesan sesal dari mataku
Sanggupkah melunturkan semua khilafku

Janganlah lagi ada rinduku
Karena ku ingin selalu
Menjaga hatiku untuk-Mu

Dalam setiap tarikan nafasku

Bukankah rindu hadir jika aku dan Kamu tak bertemu?

Maka habiskan sudah rinduku

Demi aku dan Kamu yang menjadi satu

Butet Manurung vs. Pengajar Muda

Kita & Mereka

Malam itu saya sempatkan diri hadir di acara peluncuran buku Butet Manurung.

Wanita hebat ini kembali membuat buku baru berjudul “The Jungle School”, versi bahasa Inggris dari buku pertama beliau yang berjudul Sokola Rimba. Isi dari buku tersebut kurang lebih sama dengan buku versi bahasa Indonesia, yang menarik adalah lembaran khusus foto dicetak pada kertas hitam yang apik. Semakin mempertajam kekuatan dari foto-foto yang menggugah.

 

Dalam presentasi Butet Manurung, saya melihat kembali foto-foto Sokola yang ada di buku Sokola Rimba. Pikiran saya tiba-tiba melayang jauh ke belakang. Sudah lewat dari setahun sejak saat itu, saat saya membaca buku keren itu.

Suatu sore di sebuah kamar tanpa langit-langit, di atas sebuah tempat tidur kecil sederhana. Saya menangis. Menangis dengan sebuah raungan yang tertahan. Raungan yang sangat tidak ingin didengar oleh orang lain, terutama yang berada di rumah itu. Kamar tanpa pintu, hanya ditutupi dengan gorden sederhana, tentunya suara apa pun akan dengan mudah mengalir di ruangan yang tak hampa udara.

Bulan Desember 2010, kalau saya tidak salah ingat. Desa Balam Asri, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Lampung. Di sela-sela aktivitas sekolah dan rumah, saya memaksakan diri membaca buku itu, buku yang dikirim beberapa bulan sebelumnya ke Galuh 2 No.4 oleh teman saya yang baik hati, Apri Kamayudi. Terima kasih ya Pri!

Buku itu entah kenapa seakan memanggil saya keras untuk dibaca. Saya pun menguatkan niat untuk membacanya. Lembar demi lembar saya buka, kemudian saya terhanyut, bahkan tenggelam di dalamnya. Air mata saya bahkan mungkin tak terlihat karena keluar di derasnya arus.

Apa yang membuat saya menangis? Ya, foto itu. Foto sokola yang dibuat oleh Butet Manurung.

image

Rasanya ingin berlari, bergegas pergi. Kemana? Ke sana, ke Jambi. Ke Bukit Dua Belas. Hati saya meletup, saya harusnya ada di sana, di sekolah itu. Niat saya pergi setahun untuk menemui itu, bukan, bukan sekolah saya yang ada di Lampung saat ini. Sekolah dengan bangunan kokoh dan cukup megah, dengan guru-guru yang siap mengajar di dalamnya.

Hari itu, suatu titik yang tidak pernah saya ceritakan sebelumnya. Titik terendah dimana saya merasa sangat tidak berguna, merasa kecewa dengan pilihan yang pernah saya ambil. Sebuah sudut pandang yang memaksa saya untuk berkata saya harus pergi dari sini. Bukan di sini tempat yang saya tuju. Hampir dua bulan saya bersiap untuk semua itu, itu merujuk kepada foto di buku, bukanlah itu yang sekarang berada 700 meter dari tempat saya berada.

Saya bertahan perlahan sembari bersiap untuk berpindah, entah kemana, namun saya yakin sekali bahwa saya tidak akan lama lagi di sini. Penolakan keras dari hati saya membawa saya melanglang jauh ke suatu tempat imajiner yang serupa dengan foto di buku itu. Bayangan ‘indah’ itu masih saya simpan erat sebagai pelecut semangat saya untuk tetap bertahan.

Sampai suatu ketika saya jatuh cinta. Saya jatuh cinta pada mereka, anak-anak polos dan tanpa dosa. Mereka membuka mata hati saya yang tertutup rapat karena imaji yang tercipta. Ya, mereka murid-murid saya.

Saya seperti tersentil. Saya tersadar akan semua yang terjadi. Lihatlah mereka, bukankah mereka tidak bersalah, kenapa pula harus kau benci mereka karena sekolah mereka tidak seperti yang kau kira. Saya hadir di sana untuk mereka. Saya tercipta untuk mereka. Saya dikirim untuk mereka.

Lalu apa lagi yang perlu diragukan. Patutkah kehadiran saya di sini dipertanyakan. Haruskah pilihan saya disesalkan. Tidak.

Saya sampai pada perputaran pemikiran. Semua hal yang terjadi sudah menjadi suratan cerita indah yang dirangkai olehNya.

Lalu apa perlu sebuah kecewa?

Perlu sebuah duka?

Perlu sebuah lara?

Tidak.

Karena saya memang tercipta untuk mereka.

Butet manurung tercipta untuk mereka, suku anak dalam.

Begitu pula dirimu, tercipta untuk mereka yang saat ini ada dalam asuhanmu.

Ilmu kita untuk mereka.

Seperti jodoh, setiap manusia tercipta untuk berbagi dengan mereka yang lain.

Jika belum, maka temukanlah.

Karena dari setiap kita, ada mereka yang membutuhkan kita.

Jakarta, 18/03/2012; 22:56

Ginar

Aku Belajar

Jika anak banyak dicela Ia akan terbiasa menyalahkan

Jika anak banyak dimusuhi Ia akan terbiasa menentang

Jika anak banyak dikasihani Ia akan terbiasa meratapi nasibnya

Jika anak dikelilingi olok-olok Ia akan terbiasa merasa bersalah

Jika anak serba dimengerti Ia akan terbiasa menjadi penyabar

Jika anak banyak diberi dorongan Ia akan terbiasa percaya diri

Jika anak banyak dipuji Ia akan terbiasa menghargai

Jika anak tidak banyak dipersalahkan Ia akan terbiasa senang menjadi dirinya sendiri

Jika anak mendapatkan pengakuan dari kiri kanannya Ia akan terbiasa menetapkan arah langkahnya

Jika diperlakukan dengan jujur Ia akan terbiasa melihat kebenaran

Jika anak ditimang tanpa berat sebelah Ia akan terbiasa melihat keadilan

Jika anak mengenyam rasa aman Ia akan terbiasa mengendalikan diri dan mempercayai orang di sekitarnya

Jika anak dikerumuni keramahan Ia akan terbiasa berpendirian

~Dorothy Low Nolte