Sebuah Definisi

Ah, manusia memang tak pernah berhenti menilai manusia lainnya. Tanpa lelah mereka menilai berdasarkan apa yang mereka lihat, dengar, dan rasakan.
Terkadang manusia juga hidup dengan stereotype, sebuah penilaian yang tak pernah lepas dari suku, golongan, ras, dan segudang klasifikasi lainnya.
Belajar melepaskan semuanya ternyata tak mudah, suara di kanan kiri nyaring terdengar. Saatnya belajar mendengarkan tanpa menelan semuanya bulat-bulat untuk kemudian disarikan kembali dengan filter yang kita percaya.

Pernah dengar istilah sekufu? Ya sekufu seringkali terdengar berdekatan dengan urusan jodoh.
Saya pernah baca satu buku yang membahas sebuah pertanyaan menarik tentang sekufu.

“Jika memang jodoh itu sekufu dan jika definisi sekufu itu setara dalam hal ketaqwaan kepada Allah, mengapa saya mendapati pasangan yang tidak seperti itu?”

Jawabannya kira-kira seperti ini.
“Bukankah sekufu itu dinilai oleh mata Ilahi, kita tidak bisa menilainya dengan mata kita sendiri, mata manusia biasa, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.”

Di sela diskusi panjang yang tak ada habisnya soal jodoh, seorang teman pernah berkata

“Manusia boleh berdefinisi, namun bukankah definisi Allah-lah yang terbaik?”

Ya, selamat berdefinisi dan jangan lupa berkonsultasi! Dengan Dia Pemilik Segala Definisi.

Di Tengah Kemacetan Setiabudhi Bandung
2 Syawal 1434 H

~Inay

Belajar Lupa

Manusia diberikan potensi lupa oleh Allah, maka janganlah memaafkan tapi tidak melupakan.
Karena sesungguhnya melupakan merupakan bagian penting dari memaafkan.
Maafkanlah dan jangan pernah meminta perhitungan di hari kemudian.
Di akhirat nanti ada sebuah istana yang sangat mewah. Milik siapakah istana tersebut ya Allah?
Allah menjawab: “Milik mereka yang memberikan maaf dan tidak pernah menuntut perhitungan.”

Mari belajar lupa.
Maka maaf-memaafkanlah dengan sempurna, diiringi dengan doa dan keikhlasan.

Semoga Allah menerima amal kita semua.
Amin.

image

Hidup Sebuah Kompetisi?

Jadi sesungguhnya hidup ini memang sebuah kompetisi.

Manusia diciptakan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan.
Apakah kompetisi dalam hidup ini berarti kita harus terus mengejar apa yang orang lain dapatkan?

Dalam usia sekarang ini, banyak hal yang tak akan pernah berhenti mengusik ketenangan hidup kita.
Mulai dari teman yang satu sudah punya rumah, teman yang satu sudah punya anak, teman yang satu sudah dapat gelar master, dari luar negeri pula. Apakah itu kompetisi yang harus kita jalani?

Kegalauan selalu membawa saya berpikir jauh ke dalam, ke dalam pemikiran tentang penciptaan manusia dan tugasnya di dunia.
Ternyata manusia memang harus berkompetisi, kompetisi seperti apa?
Sebuah kompetisi melakukan yang terbaik dalam jalan yang telah dipilihkan Allah untuknya.

Saya selalu bilang “Setiap orang berjuang dengan caranya”.
Itulah hebatnya Allah, Dia Dzat yang tidak mengenal parameter duniawi dalam melakukan penilaian. Iya, manusia dinilai dari caranya berjuang dalam kehidupan dunia yang telah dipilihkan oleh-Nya. Allah tak melihat manusia dari kekayaannya, gelar pendidikannya, atau jabatannya.

Ternyata menjadi kompetitif itu perlu, ya kompetitif yang sesuai dengan porsinya.
Mari berjuang menjadi yang terbaik di hadapan-Nya!

Janji

Ya Allah, maafkan atas tanya yang tak pernah ada habisnya.
Ya Allah, maafkan atas ragu yang tak pernah berhenti bergulir.
Ya Allah, maafkan atas takut yang tak pernah mampu terbendung.
Tolong ampuni khilafku Ya Allah.

Ingatkan aku saat aku lupa akan hadir-Mu.
Dekaplah aku saat aku merasa jauh dari-Mu.
Izinkan aku menjadi hamba-Mu yang Kau pilih untuk selalu bersama dengan-Mu.

Ah, bukankah Engkau Dzat Yang Tak Mengingkari Janji?
Ingatkan aku selalu akan hal itu ya Rabb.
🙂

Bandung, 28 Ramadhan 1434 H

~Inay

Melapangkan

Bukankah kami telah melapangkan dadamu?
Dan kami telah menurunkan beban darimu, yang memberatkan punggungmu, dan kami tinggikan sebutan (nama
)mu bagimu.
Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain),
dan hanya kepada Tuhanmu-lah engkau berharap.

Matahari

Demi matahari dan sinarnya pada pagi hari.
Demi bulan apabila mengiringinya.
Demi siang apabila menampakkannya.
Demi bulan apabila menutupinya.
Demi langit serta pembinaannya.
Demi bumi serta penghamparannya.
Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)-nya.
Maka Dia mengilhamkan kepadanya jalan kejahatan dan ketaqwaannya.
Sungguh beruntung orang yang menyucikannya, dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.

Waktu Fajar

Demi fajar, demi malam yang sepuluh, demi malam yang genap dan ganjil, demi malam apabila berlalu.
Adakah yang demikian itu terdapat sumpah bagi orang-orang yang berakal?
Tidakkah engkau memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum ‘ Ad?

Dan pada hari itu diperlihatkan neraka jahanam. Pada hari itu sadarlah manusia, tetapi tidak berguna lagi baginya kesadaran itu.
Dia berkata, ” Alangkah baiknya sekiranya dahulu aku mengerjakan kebajikan untuk hidupku ini.”
Maka pada hari itu tidak ada seorang pun yang mengikat seperti ikatan-Nya.
Wahai jiwa yang tenang!
Kembalilah pada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya.
Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu, dan masuklah ke dalam surga-Ku.

Hari Pembalasan

Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan.
Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?
Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?
Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?
Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.

Yang Mencabut

1.  Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras,

2.  dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut,

3.  dan (malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat,

4.  dan (malaikat-malaikat) yang mendahului dengan kencang,

5.  dan (malaikat-malaikat) yang mengatur urusan (dunia) .

6.  (Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama menggoncangkan alam,

7.  tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua.

8.  Hati manusia pada waktu itu sangat takut,

9.  pandangannya tunduk.

10. (Orang-orang kafir) berkata: “Apakah sesungguhnya kami benar-benar dikembalikan kepada kehidupan yang semula?

11. Apakah (akan dibangkitkan juga) apabila kami telah menjadi tulang-belulang yang hancur lumat?”

12. Mereka berkata: “Kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan”.

13. Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah dengan satu kali tiupan saja,

14. maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi.

15. Sudahkah sampai kepadamu (ya Muhammad) kisah Musa.

16. Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci ialah Lembah Thuwa;

17. “Pergilah kamu kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas,

18. dan katakanlah (kepada Fir’aun): ‘Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)’

19. Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?”

20. Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mu’jizat yang besar.

21. Tetapi Fir’aun mendustakan dan mendurhakai.

22. Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang (Musa).

23. Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya.

24. (Seraya) berkata: “Akulah tuhanmu yang paling tinggi”.

25. Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia.

26. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Tuhannya).

27. Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membangunnya,

28. Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya,

29. dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan siangnya terang benderang.

30. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya.

31. Ia memancarkan daripadanya mata airnya dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya.

32. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh,

33. (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.

34. Maka apabila malapetaka yang sangat besar ( hari kiamat) telah datang.

35. Pada hari (ketika) manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya,

36. dan diperlihatkan neraka dengan jelas kepada setiap orang yang melihat.

37. Adapun orang yang melampaui batas,

38. dan lebih mengutamakan kehidupan dunia,

39. maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal (nya).

40. Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,

41. maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya).

42. (Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari berbangkit, kapankah terjadinya?

43. Siapakah kamu (sehingga) dapat menyebutkan (waktunya)?

44. Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya).

45. Kamu hanyalah pemberi peringatan bagi siapa yang takut kepadanya ( hari berbangkit).

46. Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.

Berita Besar

”Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya? Tentang berita yang besar, yang mereka perselisihkan tentang ini. Sekali-kali tidak; kelak mereka akan mengetahui, Kemudian sekali-kali tidak; kelak mereka mengetahui. Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? Dan gunung-gunung sebagai pasak? Dan Kami jadikan kamu berpasang-pasangan, Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat, Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian. Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan, Dan Kami bina di atas kamu tujuh buah (langit) yang kokoh, Dan Kami jadikan pelita yang amat terang (matahari), Dan Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah, Supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan, Dan kebun-kebun yang lebat? Sesungguhnya hari keputusan adalah suatu waktu yang ditetapkan, Yaitu hari ( yang pada waktu itu) ditiup sangkakala lalu kamu datang berkelompok-kelompok, Dan dibukalah langit, maka terdapatlah beberapa pintu, Dan dijalankanlah gunung-gunung maka menjadi fatamorganalah ia. Sesungguhnya neraka Jahannam itu (padanya) ada tempat pengintai, Lagi menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas, Mereka tinggal di dalamnya berabad-abad lamanya, Mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman, Selain air yang mendidih dan nanah, Sebagai pambalasan yang setimpal. Sesungguhnya mereka tidak berharap (takut) kepada hisab, Dan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dengan sesungguh- sungguhnya. Dan segala sesuatu telah Kami catat dalam suatu kitab. Karena itu rasakanlah dan kami sekali-kali tidak akan menambah kepada kamu selain daripada azab. Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapat kemenangan, (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur, Dan gadis-gadis remaja yang sebaya, Dan gelas-gelas yang penuh (berisi minuman). Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak (pula) perkataan dusta. Sebagai pembalasan dari Tuhanmu dan pemberian yang cukup banyak, Tuhan yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya; yang Maha Pemurah. Mereka tidak dapat berbicara dengan Dia. Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf- shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar. Itulah hari yang pasti terjadi. Maka barangsiapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya. Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata:”Alangkah baiknya sekiranya dahulu adalah tanah”.